Model pembelajaran Problem Based Learning mengambil psikologi kognitif sebagai dukungan teoretisnya. Fokusnya bukan pada apa yang sedang dikerjakan siswa (perilaku mereka), akan tetapi pada apa yang mereka fikirkan (kognisi Mereka) selama mereka mengerjakannya (Arends, 2008). Berikut ini teori yang melandasi perkembangan pembelajaran berbasis masalah yang dikemukakan oleh Dewey, Piaget, Vygotsky, dan Bruner.
a. Teori Dewey
Seperti halnya cooperative learning, Pembelajaran Problem Based Learning menemukan akar intelektualnya dalam hasil karya John Dewey. Dewey dalam (Arends, 2008) mendeskripsikan pandangan tentang pendidikan dengan sekolah sebagai cerminan masyarakat yang lebih besar dan kelas akan menjadi laboratorium untuk penyelidikan dan penyelesaan masalah kehidupan nyata. Pedagogi Dewey mendorong guru untuk melibatkan siswa di berbagai proyek berorientassi masalah dan membantu mereka menyelidiki berbagai masalah sosial dan intelektual penting. Dewey menyarankan bahwa pembelajaran di sekolah seharusnya purposeful (memiliki maksud yang jelas) dan tidak abstrak dan bahwa pembelajaran yang purposeful itu dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya dengan memerintahkan anak-anak dalam kelompok- kelompok kecil untuk menangani proyek-proyek yang mereka minati dan mereka pilih sendiri.
b. Teori Piaget dan Vygotsky
Perspektif kognitif- kontruktivis, yang menjadi landasan Pembelajaran Problem Based Learning banyak meminjam pendapat piaget. Menurut Piaget dalam (Arends, 2008) Perspektifmerupakan pelajaran dengan umur berapapun terlibat secara aktif dalam proses mendapatkan informasi dan mengonstruksikan pengetahuan sendiri. Pengetahuan tidak statis, tetapi berevolusi dan berubah secara konstan selama pelajaran mengonstruksikan pengalaman-pengalaman baru yang memaksa mereka untuk mendasarkan diri pada dan memodifikasi pengetahuan sebelumnya. Pedagogi yang baik itu harus melibatkan penyodoran berbagai situasi dimana anak bisa bereksperimen (menguji coba berbagai hal untuk melihat apa yang terjadi), memanipulasi benda- benda, memanipulasi simbol-simbol melontarkan pertanyaan dan mencari jawabannya sendiri, merekonsiliasikan apa yang ditemukannya pada suatu waktu dengan apa yang ditemukannya pada waktu yang lain, membandingkan temuannya dengan temuan anak-anak lain.
Piaget dan Vygotsky keduanya setuju bahwa anak-anak adalah pelajar aktif, namun ada beberapa hal penting yang membedakan teori vygotsky dengan teori piaget. Bila piaget menfokuskan pada tahap-tahap perkembangan intelektual yang dilalui anak terlepas dari konteks sosial atau budayanya. Sedangkan teori Vigotsky menfokuskan pada tiga faktor utama yaitu budaya, bahasa, dan Zona Pengembangan Proksimal (ZPD). Pemikiran kompleks anak-anak diperoleh melalui interaksi sosial antara anak- anak dan orang dewasa disekitarnya. Faktor kunci dari teori Vygotsky adalah konsep Zona Perkembangan Proksimal(ZPD). Idenya adalah bahwa pada setiap titik waktu anak berfungsi pada tingkat pembangunan tertentu. Namun, Vygotsky berpikir bahwa setiap anak mampu mengembangkan lebih lanjut jika didukung dan dibimbing oleh orang lain yang berpengalaman Vygotsky dalam ( Oakley, 2004).
c. Teori Bruner
Jerome Bruner mengembangakan lebih lanjut ide-ide dari Vygotsky. Bruner dalam (Oakley, 2004) mendeskripsikan Scaffolding sebagai sebuah proses dari pelajar yang dibantu untuk mengatasi masalah tertentu yang berada di luar kapasitas perkembangannya dengan bantuan (scaffolding ) guru atau orang yang lebih mampu.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model PBL guru sebagai fasilitator yang memfasilitasi siswa pada masalah, melatih siswa membangaun pengetahuannya sendiri, melibatkan siswa secara aktif, mendorong sisiwa melakukan penyelidikan, memberi berbagai pertanyaan kepada siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk sampai pada ide-ide atau teorinya sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar